Asuhan Keperawatan Jamz-Vie
Selasa, 04 Oktober 2011
Kamis, 22 September 2011
GANGGUAN PEREDARAN CAIRAN TUBUH, ELEKTROLIT dan DARAH
Seperti yang anda ketahui bahwa tubuh kita sebagian besar terdiri dari cairan ( 60% - 70% ) dan elektrolit, sebagaimana akan saya sampaikan pada blog di bawah ini :
Pada tubuh normal hal ini diselenggarakan oleh membran sel endotel kapiler. Membran sel hidup sangat penting karena membran ini mempunyai permeabilitas yang selektif, sehingga dapat menyelenggarakan distribusi cairan tubuh.
Agar fungsi jaringan dapat berjalan normal maka perlu :
- Sirkulasi darah yang baik
- Keseimbangan antara cairan tubuh intravaskuler dan ektravaskuler
- Konsentrasi dalam zat - zat dalam cairan yang tetap, termasuk elektrolit - elektrolit
Seluruh susunan sirkulasi tubuh menyelenggarakan pengangkutan semua substansi yang dibutuhkan untuk digunakan, maupun yang telah dibentuk dan harus dibuang. Hal ini termasuk oksigen, karbondioksid, air, garam - garam, zat makanan, metabolit - metabolit, hormon - hormon, panas dll.
Meskipun darah terletak dalam saluran - saluran tertutup, tetapi selalu terdapat pertukaran zat melalui endotel kapiler dengan cairan interstisium. Sel juga mengandung sejumlah air. Sel ini dikelilingi dan dipisahkan dari aliran darah oleh cairan tubuh.
Pertukaran zat antara cairan tubuh dan cairan intraseluler terjadi melalui membran sel. Kelainan - kelainan akibat gangguan peredaran cairan tubuhj, darah dan elektrolit berupa :
- Edema : Yaitu meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan ekstravaskulerdisertai dengan penimbunan cairan dalam sela - sela jaringan dan rongga serosa. Hal ini dapat bersifat setempat atau umum.
- Dehidrasi : Yakni Suatu gangguan dalam keseimbangan air yang disertai "output" ( pengeluaran ) yang melebihi "intake" ( pemasukan ), sehingga jumlah air dalam tubuh berkurang. Meskipun yang hilang terutama ialah cairan tubuh, tetapi dehidrasi disertai gangguan elektrolit.
- Defisiensi elektrolit atau kelebihan elektrolit.
- Hiperemi ( Kongesti atau Bendungan ) : Ialah suatu keadaan yang disertai meningkatnya volume darah dalam pembuluh yang melebar pada suatu alat atau bagian tubuh.
- Perdarahan ( Hemorragi ) : Adalah suatu pengertian untuk menunjukkan terdapatnya darah yang keluar dari susunan kardiovaskuler. Hemorragi ini dapat terjadi pada kapiler, vena, arteri, atau jantung. Jika darah tampak keluar di luar permukaan tubuh disebut ekternal, tapi bila darah tampak keluar masih di dalam permukaan tubuh disebut internal.
- Shock : Merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh defisiensi sirkulasi akibat disparitas ( ketidakseimbangan ) antara volume darah dengan ruang susunan vaskuler.
Gangguan - gangguan yang lain bersifat obstruktif seperti :
- Trombosis : Ialah Proses pembentukan Trombus yang merupakan suatu benda yang tersusun oleh dan dari unsur - unsur darah di dalam pembuluh darah atau jantung sewaktu masih hidup.
- Embolus : Adalah suatu benda asing yang tersangkut pada suatu tempat dalam sirkulasi darah. Biasanya embulus berasal dari suatu trombus dalam jantung atau pembuluh darah vena atau suatu trombus dalam arteri yang terlepas dari perlekatannya pada dinding pembuluh darah. Embolus ini dapat berupa benda padat, cairan atau gas.
- Infark : Merupakan nekrosis iskhemik setempat akibat insufisiensi sirkulasi darah. Biasanya akibat sumbatan aliran arterial, kadang - kadang juga dapat terjadi akibat obstruksi vena. Sumbatan ini dapat terjadi secara perlahan - lahan, mendadak, menetap. Infark dapat juga terjadi akibat insufisiensi aliran darah yang tidak berhubungan dengan penyumbatan pembuluh darah, misalnya artrosklerosis pada pembuluh koroner tanpa terdapatnya obstruksi dapat menimbulkan infark myocard.
Senin, 13 Juni 2011
BELAJAR EKG yukk...
Gambaran EKG normal |
PENGANTAR
EKG, merupakan salah satu alat penegak diagnosis suatu penyakit atau gangguan terutama yang berhubungan dengan jantung dan sistem vaskuler. Seseorang yang normal dapat mempunyai EKG yang menujukkan kelainan yang tidak spesifik dan sebaliknya.
Ukuran dalam kertas EKG
- Kecepatan rekaman : 25 mm/detik
- Kekuatan voltase : 1 mV = 10 mm
Jadi
- Pada garis horizontal menggambarkan waktu kecepatan rekaman : 25 mm = 1" ; 5 mm = 0,2" ; 1 mm = 0,04"
- Pada garis vertikal menunjukkan kekuatan voltase : 10 mm = 1 mV ; 1 mm = 0,1 mV
Terdapat 12 Lead / sandapan dalam EKG, yang terbagi atas:
- Sandapan baku ( standard leads ) / sandapan bipolar : I ( RA dimana pada tangan kanan bermuatan (-)dan LA dimana tangan kiri bermuatan (+) ), II ( RA dimana tangan kanan bermuatan (-) dan LF dimana kaki kiri bermuatan (+)), III ( LA dimana tangan kiri bermuatan (-) dan LF dimana kaki kri bermuatan (+))
- Sandapan ektremitas ( limb leads )/ sandapan unipolar ekstremitas : aVR( rekaman potensial lengan kanan yang di perkuat mempunyai muatan (+) = warna merah ), aVL ( rekaman potensial lengan kiri yang di perkuat = warna kuning ), aVF ( rekaman potensial tungkai kiri yang di perkuat )
- Sandapan dada ( chest leads )/ sandapan unipolar prekardial : V1 ( sela iga IV garis parastenal kanan = warna merah ), V2 ( sela iga IV garis parasternal kiri = warna kuning ), V3 ( antara V2 & V4 = warna hijau ), V4 ( sela iga V garis midclavikula kiri = warna coklat ), V5 ( setinggi V4 garis aksilaris anterior kiri = warna hitam ), V6 ( seringgi V4 ( garis aksilaris medial kiri = warna ungu ).
Sandapan baku dan ekstremitas menggambarkan keadaan medan bioelektrik jantung dalam bidang frontal, seperti gambar di bawah ini :
Cara baca EKG
Pada normal sinus rhythm, diketahui:
Gelombang P
- Setiap gelombang P diikuti dengan QRS
- Gelombang P ini menggambarkan aktivitas depolarisasi atria
- Nilai - nilai normal yang terdapat pada kertas EKG : tinggi dan lebar <3mm ( 0,11det )
- Normal angka gelombang P 60 - 100 bpm dengan variasi < 10 %
Kepentingan gelombang P di sini :
- Menandakan adanya aktivitas atria
- Menunjukkan arah aktivitas atria
- Menunjukkan tanda - tanda hipertropi atria
Catatan :
- Karena arah impuls P adalah sejajar dengan sumbu lead II dan karena elektroda V1 terletak paling dekat dengan atrium kanan, maka P dan perubahan - perubahannya paling jelas terlihat di leads II dan V1.
- Arah gelombang P normal di II selalu (+)keatas sedangkan di aVR selalu (-) ke bawah.
Merupakan awal fase depolarisasi ventrikel
Ciri - ciri Q patologis :
- Lebar > sama dengan 0,04" ( 1mm )
- Dalamnya > 25 % amplitudo gelombang R
Catatan : gelombang Q di aVR adalah normal
Galombang R
Adalah defleksi positif pertama dari kompleks QRS yang menggambarkan fase depolarisasi ventrikel.
Kegunaan :
- Melihat Hipertrofi ventrikel
- Melihat adanya BBB (Bundle Branch Block ) dan lainnya
Adalah defleksi negatif setelah gelombang R yang menggambarkan fase depolarisasi ventrikel.
Kegunaan sama dengan gelombang R
Kompleks QRS menggambarkan seluruh fase depolarisasi ventrikel
Gelombang T
Menggambarkan fase repolarisasi ventrikel. Arah normal adalah sesuai gelombang utama QRS.
Amplitudo normal : < 10mm di sandapan dada dan < 5mm di sandapan ekstremitas min. 1mm.
Kegunaan :
- Menandakan adanya iskemi / infark
- Menandakan adanya kelainan elektrolit dan lainnya.
Asal - usul tidak diketahui dan paling jelas terlihat pada sandapan V1 - V4
Kegunaan :
- Bila amplitudo gelombang U > gel T terdapat pada Hipokalemia
- Gelombang U yang terbalik terdapat pada iskemi dan Hipertrofi
Merupakan penjumlahan dari waktu depolarisasi atria dan waktu perlambatan dari simpul AV ( Atrio Ventrikular ) yang dimulai dari permulaan gelombang P sampai dengan permulaan kompleks QRS.
Nilai normal : 0,12" - 0,20" . Hal ini dapat di tentukan oleh frekuensi denyut jantung. bila HR lambat, maka interval PR jadi lebih panjang.
Kegunaan :
- PR < 0,12" terdapat pada sindroma Wolf-Parkinson-White ( keadaan dimana hantaran di percepat )
- PR >0,2" terdapat pada blok AV
- PR dapat berubah - ubah terdapat pada wandering facemaker
WPW Sindrom |
AV block |
Wandering facemaker |
Interval QRS
Menggambarkan lamanya aktivitas depolarisasi ventrikel yang di hitung antara permulaan gelombang Q sampai dengan akhir gelombang S. Normal : < 0,12"
Kegunaan :
- Melihat RBBB, LBBB, ventrikular Rhythme, LVH, RVH dan Hiperkalemia dan lainnya.
RBBB |
LBBB |
LVH |
Interval QT
Menggambarkan lamanya aktivitas depolarisasi dan repolarisasi ventrikel yang di mulai dari permulaan gelombang Q sampai dengan akhir gelombang T . Nilai QTc adalah nilai interval QT yang telah dikoreksi / disesuaikan dengan interval QT pada HR 60 dan nilainya dapat dilihat dengan normogram khusus.
Nilai normal : Laki - laki = 0,42" ; Perempuan : 0,43"
Contoh Perhitungan QTc :
Kegunaan :
- Melihat efek digital & quinidin: Pendeknya Interval QT; karakteristik terjadinya ST depresi ; Dysrhythmia ( ventrikular / atrial premature beats, paroxysmal atrial tachycardia dengan variabel AV block, Ventrikular tachycardia dan fibrilasi, dll ).
- Melihat adanya Hipo / Hiperkalsemia
- Adanya Romano-Ward-Syndrome
Segmen ST
Adalah bagian dari akhir kompleks QRS sampai dengan permulaan gelombang T yang normalnya isoelektris.
Kegunaan :
Melihat adanya ST depresi yang terjadi pada : LBBB, akut posterior Miokard Infark, Ventrikular Hypertrofi, Pulmonary embolus, efek digoksin
ST depresi |
Melihat adanya ST elevasi yang terjadi pada : Perikarditis akut, akut Miokard infark, LBBB, variasi normal ( seperti : jantung atletisdll )
Miokard infark dengan ST elevasi |
Ada 5 hal penting yang harus dinilai :
- Frekuensi
- Irama
- Sumbu
- Tanda - tanda Hypertrofi
- Tanda - tanda Iskemik / infark
- <60 : Bradikardi
- 60 - 100 : Normal
- >100 : Tachikardia
- 140 - 250 : Tachikardia abnormal
- 250 -350 : flutter
- >350 : fibrilasi
HR = 300 : jumlah kotak sedang , seperti contoh di bawah ini :
- 5 Kotak sedang = 25mm (1") berdenyut 1x -----> Dalam 1' berdenyut 60 : 1 = 60 x
- 4 Kotak sedang = 20mm (0,8") berdenyut 1x -> Dalam 1' berdenyut 60 : 0,8 = 75 x
- 3 Kotak sedang = 15mm (0,6") berdenyut 1x -> Dalam 1' berdenyut 60 : 0,6 = 100 x
- 2 Kotak sedang = 10mm (0,4") berdenyut 1x -> Dalam 1' berdenyut 60 : 0,4 = 150 x
- 1 Kotak sedang = 5mm (0,2") berdenyut 1x --> Dalam 1' berdenyut 60 : 0,2 = 300 x
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh di bawah ini :
- 6 kotak sedang ----> HR = 300 : 6 = 50 x , atau
- 6 kotak sedang = 30mm = 1,2" ----> dalam 1' = 60 : 1,2 = 50 x
Dalam keadaan normal, impuls dibentuk oleh pacemaker disimpul SA yang lalu diteruskan ke simpul AV --->berkas HIS ----> cabang berkas kanan & kiri ----> serabut purkinye ----> mengaktifkan serabut - serabut otot ventrikel. Irama jantung yang normal adalah irama yang ditentukan oleh simpul SA dan disebut irama sinus, dengan ciri - ciri EKG :
- Frekuensi 60 - 100
- Teratur
- Penurunan di AVR dan Peningkatan di lead II
- Tiap P diikuti QRS-T
- Gangguan pembentukan impuls
- Gangguan penghantaran impuls
- Takikardia sinus, ciri - ciri : P-QRS-T normal ; HR > 100
- Bradikardia sinus, ciri - ciri : P-QRS-T normal ; HR < 60
- P-QRS-T normal
- Inerval RR berubah - ubah
ES = Premature beat / contraction, Terjadi karena suatu fokus ektopik melepas impuls hingga mengaktifkan miokard. Fokus bisa di atria, simpul AV atau Ventrikel.
1. ES atrial, ciri - ciri :
- P abnormal & timbul premature
- Masa kompensai tidak penuh
- Konduksi di AV node bisa normal atau blok
- Konduksi Intraventrikuler bisa normal atau abnormal
- P abnormal
- Masa kompensasi tidak penuh
- Konduksi intraventrikuler normal atau abnormal
3. ES ventrikel = PVC, ciri - ciri :
- Tidak ada P di depan QRS yang abnormal
- QRS prematur dan berbentuk lebar & aneh ( karena otot - otot ventrikel adalah konduktor yang kurang efektif hingga impuls yang terjadi di ventrikel akan dihantarkan secara abnormal )
- Segmen ST tertekan dan T terbalik
- Masa kompensasi penuh
- > 5 x / m
- Multifokal
- Fenomena R on T
- Timbul post exercise
- Pada usia > 40 thn
- VES yang berasal dari 1 fokus yang sama akan mempunyai bentuk & coupling time yang sama, kalau tidak maka ada multifokal VES
- Coupling time = jarak antara VES dengan denyut sinus sebelumnya
- Fenomena R on T = keadaan dimana VES jatuh pada gelombang T sebelumnya. Ini berbahaya karena dapat merupakan awal VT / VF
- Masa kompensasi = interval antara denyut sinus sebelum & setelah ES. Masa kompensasi penuh jika interval ini = 2 x interval RR normal, bila kurang dari itu disebut masa kompensasi tidak penuh
- VES bigemini ---> 1 sinus + 1 VES ; VES trigemini ---> 2 sinus + 1 VES ; VES quadrigemini ---> 3 sinus + 1 VES
Rabu, 13 April 2011
ASKEP dengan Gangguan Sistem Persarafan
Pengkajian
Tindakan Keperawatan pada fase akut
- Riwayat Penyakit sekarang : Keluhan utama; Mengevaluasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki ; Trauma kepala; Hipertensi; Jantung; Migrain; Sakit kepala; Epilepsi, Obesitas, Kanker, Hiperlipidemia, Diabetes, Infeksi dan lain - lain.
- Riwayat Keluarga : Hipertensi; Jantung; Obesitas, Stroke, Kanker, Retradasi Mental, Epilepsi atau gangguan kejang lainnya.
- Review Sistem : *Susunan Saraf Pusat : vertigo, Paralisis, Pingsan, Insomnia ; *Sistem Kardio Respiratori: Palpitasi, dada tegang ; *Sistem Gastro Intestinal : gangguan mengunyah dan menelan ; Sistem Saluran Kemih : gangguan mengontrol spinkter, polyuri.
- Aktivitas sehari - hari, riwayat hubungan personal dan sosial : Pendidikan; Gaya hidup; Obat - obatan; Kebiasaan - kebiasaan lainnya.
- Pemeriksaan fisik : Kaji tingkat kesadaran : dengan GCS ( Glascow Coma Scale ) = 15 dengan pembagiannya E4,M6,V5, yaitu:
- E ( Membuka mata ) : 4=Membuka secara spontan ; 3=Membuka mata karena suara ; 2=Membuka mata dengan rangsangan nyeri atau bahaya ; 1=Tidak ada respon, tidak dapat membuka mata karena edema atau balutan.
- M ( Motorik / Gerakan ) : 6=Mematuhi perintah sederhana ; 5=Melokalisasi nyeri / menunjuk arah nyeri berasal ; 4=Menarik fleksi ( bila ada rangsangan nyeri ) ; 3=Fleksi abnormal ( bila ada rangsangan nyeri ), rigiditas dekortikasi ; 2=Ekstensi abnormal ( nyeri ), rigiditas desebrasi ; 1=Tidak terdapat respon motorik.
- V ( Verbal ) : 5=Berorientasi bila di tanya ; 4=Bingung ; 3=Mengatakan kata - kata yang tidak tepat / ngelantur ; 2=Menyuarakan suara / bunyi yang tidak bermakna / menggumam ; 1=Tidak terdapat respon verbal.
- Selain mengkaji tingkat kesadaran, kita periksa juga fungsi saraf kranial yang terganggu dari 12 saraf berikut : I = Olfaktorius ( penghidu ) ; II = Optikus ( Ketajaman penglihatan, lapang pandang, pemeriksaan fundus ) ; III = Okulomotorius ( Reflek pupil, otot okuler ekterna, termasuk gerakan keatas, kebawah dan mediana ; kerusakan akan menyebabkan ptosis, dilatasi pupil ) ; IV = Troklearis ( gerakan okular ; kerusakan akan menyebabkan ketidakmampuan melihat kebawah dan kesamping ; nistagmus / jereng ) ; V = Trigeminus ( Fungsi sensori, reflek kornea, kilit wajah dan dahi, mukosa hidung dan mulut ; fungsi motorik, refleks maksilaris " rahang ") ; VI = Abdusen ( sama seperti saraf ke IV ) ; VII = Fasialis ( Fungsi motorik wajah bagian atas dan bawah; kerusakan akan menyebabkan asimetris wajah dan paresis ; fungsi sensori di uji dengan pengecapan ) VIII = Akustikus ( Tes saraf koklear : pendengaran, konduksi udara dan tulang ; kerusakan akan menyebabkan tinitus, kurang pendengaran atau ketulian ) ; IX = Glosofaringeus ( Fungsi motorik : refleks gangguan faringeal, menelan ) ; X = Vagus (pengkajian pita suara berbicara dengan jelas tanpa serak ) ; XI = Asesorius ( Kekuatan otot trapesius dan sternokleidomastoid; kerusakan akan menyebabkan ketidak mampuan mengangkat bahu ) ; XII = Hipoglosus ( Fungsi motorik lidah; kerusakan akan menyebabkan penyimpangan ke arah lateral, atrofi, tremor, ketidakmampuan menjulurkan atau menggerakkan lidah dari samping kiri ke samping kanan atau sebaliknya ).
- Ketidak efektifan pola pernafasan b/d Kerusakan neurologis atau Ketidak efektifan bersihan jalan napas b/d kerusakan batuk dan ketidakmampuan mengatasi lendir.
- Gangguan perfusi jaringan otak b/d vasospasme sekunder terhadap cidera hemoragi ; Peningkatan Tekanan Intra Kranial sekunder terhadap cidera hemoragi
- Perubahan eliminasi : inkontinensia urine b/d kerusakan atau gangguan neurologis pada spinkter uri
- Perbahan eliminasi : konstipasi b/d kerusakan neurologis
- Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan fungsi neurofisiologis
- Gangguan komunikasi verbal b/d kerusakan saraf pada pusat bicara ( broca )
- Perubahan persepsi sensori, kognitif, visual, auditori, kinestetik b/d trauma neurologis
- Perubahan respon psikis dan emosi b/d perubahan fisik
- Potensial terjadinya deformitas
- Potensial terjadinya gangguan integritas kulit b/d imobilitas fisik
Tindakan Keperawatan pada fase akut
- Mempertahankan fungsi vital sign
- Mencegah terjadinya kerusakan otak irreversibel
- Mencegah terjadinya komplikasi : cacat fisik, mental dan sosial
- Manajemen pembebasan jalan napas: Kaji dan pantau pernapasan, reflek batuk dan sekresi ; posisikan tubuh dan kepala untuk menghindari obstruksi jalan napas dan memberikan pengeluaran sekresi yang optimal ; penghisapan lendir; berikan oksigen sesuai kebutuhan ; pantau gas darah arteri dan hemoglobin sesuai indikasi
- Pemeriksaan nutrisi
- Kompensasi untuk kesulitan persepsi
- Meningkatkan mobilisasi, kolaborasi dengan rehab medik
- Meningkatkan suport mental
- Meningkatkan komunikasi
- Meningkatkan rehabilitasi
- Mencegah disuse syndrome
- Klien bisa mengekspresikan perasaannya/ kebutuhannya
- Mengerti dan menjalankan perintah
- Dapat mengenali bagian - bagian tubuh
- Bekerja sama dengan perawat dalam pemenuhan aktivitas sehari - harinya
- Kemajuan dalam fungsi motorik
Jumat, 08 April 2011
ASKEP KEHILANGAN DARAH
Pengkajian
Penatalaksanaan Keperawatan
- Kelemahan, cemas, gelisah karena perfusi jaringan otak menurun, disebabkan oleh karena kehilangan darah < 800 cc
- Motilitas usus meningkat: suhu tubuh meningkat sebagai respon masuknya racun dalam darah (perdarahan) ke lumen usus, disebabkan oleh karena kehilangan darah > 800 cc
- Kulit dingin, hiperventilasi: sebagai respon saraf simpatis akan mengeluarkan katekolamin, epinefrin dan norepinefrin (vasokonstriktor), sehingga meningkatkan denyut jantung sebagai akibat volume darah dalam vaskuler menurun jika perdarahan berlanjut
- Tanda awal syok: beta kolamin dikeluarkan menstimulus pembuluh darah di kulit, paru, intestin (saluran cerna), hati dan ginjal untuk konstriksi, sehingga meningkatkan aliran darah ke otak dan jantung. hal ini terjadi bila terjadi perdarahan > 1000cc
- Peningkatan BUN : menyebabkan aliran darah ke hati menurun, sisa metabolisme meningkat dan aliran darah ke ginjal menurun
- Nyeri : dikarenakan asam lambung meningkat
- Penurunan tekanan darah dan frekuensi nadi: Sebagai tanda lanjut dari syok akibat perdarahan dan mengidetifikasi bahwa mekanisme tubuh sudah tidak mampu lagi mengatasi
- Urine output menurun ( keluaran air seni menurun ): hal ini harus diperiksa tiap jam ( dengan nilai normal urine/ jam yaitu : 0,5 - 1 ml / kg BB / jam ), karena dengan menurunnya volume darah dalam tubuh, hypofise posterior mengeluarkan ADH Untuk menurunkan produksi urin yang merupakan parameter terbaik untuk mengetahui adanya syok.
- Resusitasi cairan : Na Cl, Asering, Transfusi darah, Ekspander, Albumin.
- Diagnostik : Endoskopi Skleroterapi, ligasi; Aspirasi asam lambung ( paling efektif dengan air basa ), karena tidak terjadi pembekuan dini ,tidak merusak lapisan mukosa dan menurunkan resiko perdarahan lanjutan; Bilas lambung dengan air dingin / es dapat membuat vasokonstriksi lebih cepat dan dapat meningkatkan pembekuan dini.
- Pitresin : Vasopresin I.V, dapat menurunkan tekanan vena porta.
- Menurunkan asam lambung, dapat menggunakan :
- Histamin yang merupakan H2 antagonis
- Antasid, untuk menetralisir asam lambung.
- Sucralfat ( Inpepsa ), mengandung garam aluminium untuk perlindungan lokal.
- Peningkatan koagulasi : Vitamin K dan C ( selama 3 hari ) untuk peningkatan pembentukan protrombin.
- Balon Tamponade : SB tube
Penatalaksanaan Keperawatan
- Bed rest total : Dengan melakukan pergerakan minimal / pergerakan pasif untuk menghindari trombosis vena, tidak boleh batuk ( untuk mengurangi peningkatan tekanan intra abdomen ).
- Posisi semi fowler / setengah duduk.
- Lakukan suction bila perlu
- Irigasi lambung dan pembersihan kolon.
- Defisit volume cairan b/d perdarahan akut
- Gangguan pertukaran gas b/d penurunan kapasitas angkut oksigen dan dengan faktor resiko aspirasi
- Cemas b/d sakit kritis, ketakutan akan kematian ataupun kerusakan bentuk tubuh, perubahan peran dalam lingkup sosial ataupun ketidak mampuan yang permanen
- Resiko tinggi infeksi b/d aliran intravena ( pemasangan infus )
- Perubahan proses pikir b/d peningkatan kadar amonium serum, kerusakan metabolisme
- Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan nutrisi kurang : ketidak mampuan mencerna makanan
DX. 1 : Defisit volume cairan b/d perdarahan akut
- Pantau vital sign
- Pantau nilai Hemodinamik
- Ukur urine / jam, bila urine < 30 cc / jam, terdapat gangguan fungsi ginjal
- Ukur dan catat pemasukan dan pengeluara keseimbangan cairan, juga karakteristik pengeluaran cairan
- Penuhi kebutuhan cairan ( transfusi, infus ), pantau reaksi yang merugikan terhadap komponen terapi
- Tirah baring total : Hipotensi dengan posisi supine dengan elevasi kaki, untuk meningkatkan preload; Normal Tensi dengan posisi kepala ditinggikan 45 derajat, untuk mencegah aspirasi isi lambung
- Minimalkan pengambilan jumlah darah untuk pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan laboratorium : Hb, Ht, Trombo, elektrolit dan feses benzidin (72 jam setelah masa akut).
DX. 2 : Gangguan pertukaran gas b/d penurunan kapasitas angkut oksigen dan dengan faktor resiko aspirasi
- Pantau saturasi O2, dengan Oksimeter, AGD dan foto Thorax
- Monitor pernapasan : frekuensi, kedalaman, auskultasi bunyi pernapasan (krekels, mengi, ronki) dan upaya pernapasan
- Berikan O2 sesuai kebutuhan
- Monitor adanya distensi dan nyeri abdominal
DX. 3 : Cemas b/d sakit kritis, ketakutan akan kematian ataupun kerusakan bentuk tubuh, perubahan peran dalam lingkup sosial ataupun ketidak mampuan yang permanen
- Berikan lingkungan yang mendorong diskusi terbuka untuk persoalan - persoalan emosional
- Gerakan sistem pendukung pasien dan libatkan sumber - sumber ini sesuai kebutuhan
- Berikan waktu pada penderita untuk mengekspresikan diri. dengarkan dengan aktif
- Berikan penjelasan yang sederhana untuk peristiwa - peristiwa dan stimuli lingkungan
- Identifikasi sumber - sumber rumah sakit yang memungkinkan untuk mendukung penderita dan keluarganya
- Berikan dorongan komunikasi terbuka antara perawat keluarga mengenai masalah - masalah emosional
- Validasi pengetahuan penderita dan keluarga tentang penyakit kritis
- Lakukan sistem pendukung religius sesuai kebutuhan
DX. 4 : Resiko tinggi infeksi b/d aliran intravena ( pemasangan infus )
- Pertahankan kestabilan selang intravena, amankan daerah penusukan dan selang infus
- Ukur suhu tubuh tiap 4 jam
- Pantau sistem intravena terhadap patensi, infiltrasi dan tanda - tanda infeksi ( missal: nyeri setempat, kemerahan, bengkak )
- Ganti letak insersi intravena setiap 48 - 72 jam
- Ganti larutan intravena sedikitnya tiap 24 jam
- Pantau letak insersi setiap penggantian tugas
- Dokumentasikan tentang selang infus, pergantian balutan dan keadaan letak insersi
- Gunakan teknik aseptik saat mengganti balutan dan selang, pertahankan balutan bersih transparan dan steril
- Monitor hasil pemeriksaan lekosit
- Lepaskan / cabut infus dan lakukan pemeriksaan kultur bila terjadi tanda - tanda dan gejala infeksi
DX. 5 : Perubahan proses pikir b/d peningkatan kadar amonium serum, kerusakan metabolisme
- Monitor perubahan perilaku dan mental ( misal : letargi, cenderung tidur, bicara lambat / tak jelas. bangunkan atau sadarkan pasien pada interval sesuai indikasi
- Orientasikan kembali pada waktu, tempat dan orang sesuai kebutuhan
- Berikan obat pelembut feses,pembersih kolon ( enema ); antibiotik non absorban ( neomycin ), jika sifat toksik meningkat
- monitor respon penderita pada terapi
- Hindari : Trauma, terutama pada saat penurunan kesadaran ( beri pengaman tempat tidur ); penggunaan narkotik atau sedatif dan batasi penggunaan obat yang di metabolisme oleh hati
- monitor serum amonia, elektrolit, pH, glukosa dan darah lengkap
DX. 6 : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan nutrisi kurang : ketidak mampuan mencerna makanan
- Ukur masukan diet dan status nutrisi lewat riwayat diet dan food diary, pengukuran BB tiap hari pemeriksaan laboratorium dan antropometrik
- Berikan diet tinggi karboidrat dengan asupan protein yang konsisten dengan fungsi hati, jelaskan alasan tipe diet, pertimbangkan pilihan, makanan yang disukai
- Batasi masukan kafein, makanan yang menghasilkan gas atau berbumbu, terlalu panas atau terlalu dingin
- Berikan makanan halus atau lunak, hindari makanan kasar sesuai indikasi
- Bantu pasien mengenal jenis makanan rendah garam
- Tinggikan bagian kepala tempat tidur selama pasien makan
- Pelihara hygiene mulut sebelum makan dan memberikan suasana yang menyenangkan pada waktu makan
- Pantau pemeriksaan laboratorium : glukosa serum, albumin, total protein dan amonia
- Pertahankan status puasa bila diindikasikan
- Berikan makanan melalui selang sesuai indikasi
- Kolaborasi pemberian obat - obatan : vitamin, anti emetik dan enzym.
Senin, 28 Maret 2011
ASKEP DIABETES MELLITUS
Definisi
Faktor Genetika, yang disertai pemicunya / faktor pendukungnya
Komplikasi Diabetes
Tujuan pengobatan Diabetes
Untuk mengontrol kadar gula dan menjaga agar tetap berada pada keadaan normal.
Jenis Diabetes
Diabetes Mellitus tergantung insulin ( Tipe I )
- Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah dan air seni.
- Suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan insulin.
- Dalam keadaan normal glukosa ( suatu bentuk gula dibakar dalam tubuh untuk menghasilkan tenaga untuk terlaksananya hal tersebut tubuh membutuhkan insulin . Dimana Insulin adalah suatu hormon yang di produksi oleh pankreas yang bertugas untuk mengatur kadar gula darah ).
- Bila kekurangan insulin, gula tidak dapat dibakar menjadi tenaga, terbawa dalam aliran darah dan dibuang melalui air seni, sehingga terdapat gula dalam air seni.
- Bila kadar gula lebih 160 maka keluar melalui air seni.
Faktor Genetika, yang disertai pemicunya / faktor pendukungnya
- Makan berlebihan dan kegemukan
- Latihan fisik yang kurang
- Stress
- Keluarga menderita Diabetes Mellitus
- Kegemukan
- Usia di atas 40 tahun
Komplikasi Diabetes
- Retinopati ( Penyakit pada mata )
- Nefropati ( Penyakit pada organ kemih )
- Neuropati ( Penyakit pada saraf )
- Ganggren ( Luka Diabetik )
- Jantung
Tujuan pengobatan Diabetes
Untuk mengontrol kadar gula dan menjaga agar tetap berada pada keadaan normal.
Jenis Diabetes
Diabetes Mellitus tergantung insulin ( Tipe I )
- Pankreas tidak menghasilkan atau sangat sedikit menghasilkan insulin
- Sering terjadi pada anak - anak atau orang dewasa muda dengan usia di bawah 30 tahun
- Biasanya mendapat insulin
- Pankreas menghasilkan insulin, tetapi insulin ini tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya
- Biasanya di dapat pada usia 30 tahun, diabetes pada usia dewasa
- Pengobatannya dengan diet
- Insulin diberikan bila diperlukan
- Hypoglikemi
- Hyperglikemi
- Ketoacidosis Metabolik
Minggu, 13 Maret 2011
Sistem Hepar dan Biliaris
HEPAR
Adalah kelenjar terbesar dalam tubuh, dengan berat 1300-1550 gram, berwarna merah coklat, sangat vaskular dan lunak, berbentuk baji dengan dasarnya pada sisi kanan dan apeks pada sisi kiri. Organ ini terletak pada kuadran kanan atas abdomen, dilindungi cartilago costalis; tepi bawahnya mencapai garis cartilago costalis dan pada hepar yang sehat tidak dapat diraba. Dipertahankan dalam posisinya oleh tekanan organ lain di dalam abdomen dan oleh " ligamentum " peritonium. Permukaan atasnya yang licin membulat terletak di bawah diagfragma. vacies vaseralisnya terletak di atas lambung , duodenum, fleksura hepatika colon, ginjal kanan dan kelenjar adrenalin kanan.
Struktur Hepar terdiri dari :
Lobulus: Hepar terutama terdiri sangat banyak lobulus kecil.
Sinusoid : lapisan sel endotel dan oleh sel sistem retikuloendotelial.
Cabang terminal vena aporta dan arteria hepatica pada bagian luar lobulus.
Vena centralis pada bagian tengah lobulus. vena bergabung menjadi vena yang lebih besar, yang membentuk vena hepatica ( pembuluh darah vena yang berada di hati ) yang membuka ke dalam vena cava inferior.
Canalikuli yang berjalandi antara kolom sel- sel hepar yang berdekatan dan bergabung membentuk ductus hepatika ( saluran penghubung hati ).
Sistem biliaris, terdiri dari :
>Ductus hepaticusdextra dan sinistra
>Ductus choleductus
>Ductus cysticus
>Vesica falea
>Ductus biliaris
Fungsi Hati
<Modifikasi bahan makanan
<Penyimpanan bahan makanan
<Sintesis produk baru
<Detoksikasi toksin
<Pembentukan dan destruksi eritrosit
Sel - sel hati dapat rusak atau hancur dan seluruh fungsi hati dapat terganggu akibat berbagai penyakit dan penyebab:
#Infeksi, terutama beberapa virus, misalnya virus yang menyebabkan hepatitis infekif.
#Alkohol
#Obat - obatan tertentu
#Pertumbuhan baru
Gagal hati kompleks dapat terjadi, namun, sel- sel hati baru dapat tumbuh untuk menggantikan sel yang rusak atau mati.
Ikterus ( konjungtiva mata tampak kuning ) akan tampak bila terdapat peningkatan jumlah pigmen empedu dalam tubuh dan mulai terlihat pada konjungtiva mata bila bilirubin plasma melebihi 35 micro mol / l. Penyebab yang sering adalah : Destruksi eritrosit berlebihan dengan produksi bilirubin berlebihan ; Kegagalan fungsi hati oleh semua sebab ; Obstruksi ( penyumbatan ) aliran empedu melalui duktus biliaris.
Feses menjadi pucat bila pigmen empedu tidak dapat mencapainya.
Batu empedu dibentuk dari : Kolesterol; Pigmen empedu; Kolesterol dan Pigmen empedu. Alasan pembentukannya belum jelas; faktor yang terlibat adalah konsentrasi empedu, stasis empedu dan infeksi kandung empedu. Batu yang menyumbat ductus choleduktus dan menyebabkan nyeri hebat dan ikterus.
Adalah kelenjar terbesar dalam tubuh, dengan berat 1300-1550 gram, berwarna merah coklat, sangat vaskular dan lunak, berbentuk baji dengan dasarnya pada sisi kanan dan apeks pada sisi kiri. Organ ini terletak pada kuadran kanan atas abdomen, dilindungi cartilago costalis; tepi bawahnya mencapai garis cartilago costalis dan pada hepar yang sehat tidak dapat diraba. Dipertahankan dalam posisinya oleh tekanan organ lain di dalam abdomen dan oleh " ligamentum " peritonium. Permukaan atasnya yang licin membulat terletak di bawah diagfragma. vacies vaseralisnya terletak di atas lambung , duodenum, fleksura hepatika colon, ginjal kanan dan kelenjar adrenalin kanan.
Struktur Hepar terdiri dari :
Lobulus: Hepar terutama terdiri sangat banyak lobulus kecil.
Sinusoid : lapisan sel endotel dan oleh sel sistem retikuloendotelial.
Cabang terminal vena aporta dan arteria hepatica pada bagian luar lobulus.
Vena centralis pada bagian tengah lobulus. vena bergabung menjadi vena yang lebih besar, yang membentuk vena hepatica ( pembuluh darah vena yang berada di hati ) yang membuka ke dalam vena cava inferior.
Canalikuli yang berjalandi antara kolom sel- sel hepar yang berdekatan dan bergabung membentuk ductus hepatika ( saluran penghubung hati ).
Sistem biliaris, terdiri dari :
>Ductus hepaticusdextra dan sinistra
>Ductus choleductus
>Ductus cysticus
>Vesica falea
>Ductus biliaris
Fungsi Hati
<Modifikasi bahan makanan
<Penyimpanan bahan makanan
<Sintesis produk baru
<Detoksikasi toksin
<Pembentukan dan destruksi eritrosit
Sel - sel hati dapat rusak atau hancur dan seluruh fungsi hati dapat terganggu akibat berbagai penyakit dan penyebab:
#Infeksi, terutama beberapa virus, misalnya virus yang menyebabkan hepatitis infekif.
#Alkohol
#Obat - obatan tertentu
#Pertumbuhan baru
Gagal hati kompleks dapat terjadi, namun, sel- sel hati baru dapat tumbuh untuk menggantikan sel yang rusak atau mati.
Ikterus ( konjungtiva mata tampak kuning ) akan tampak bila terdapat peningkatan jumlah pigmen empedu dalam tubuh dan mulai terlihat pada konjungtiva mata bila bilirubin plasma melebihi 35 micro mol / l. Penyebab yang sering adalah : Destruksi eritrosit berlebihan dengan produksi bilirubin berlebihan ; Kegagalan fungsi hati oleh semua sebab ; Obstruksi ( penyumbatan ) aliran empedu melalui duktus biliaris.
Feses menjadi pucat bila pigmen empedu tidak dapat mencapainya.
Batu empedu dibentuk dari : Kolesterol; Pigmen empedu; Kolesterol dan Pigmen empedu. Alasan pembentukannya belum jelas; faktor yang terlibat adalah konsentrasi empedu, stasis empedu dan infeksi kandung empedu. Batu yang menyumbat ductus choleduktus dan menyebabkan nyeri hebat dan ikterus.
Langganan:
Postingan (Atom)